Gedung Sultan Suriansyah penuh sesak, gedung terbesar di Kalimantan Selatan ini pada hari Ahad, 25 Mei 2008 dipadati lebih dari 3000 orang yang penuh antusias mengikuti Konferensi Pendidikan Regional Kalimantan. Peserta datang dari seluruh kota dan kabupaten se-Kalsel dan beberapa kota/kabupaten di Kalteng dan Kaltim, sampai-sampai panitia harus menolak ribuan peserta yang ingin berpartisipasi pada acara ini karena tiket yang tersedia telah habis terjual.
Kegiatan yang diselenggarakan DPD I Hizbut Tahrir Indonesia Kalimantan Selatan ini mengambil tema “MOMENTUM SEABAD KEBANGKITAN NASIONAL MENUJU PENDIDIKAN INDONESIA LEBIH BAIK”, dengan menghadirkan pembicara; Prof. DR. H. Wahyu, MS (Pakar Pendidikan Unlam), Drs. H. Humaidi Syukeri (Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan), Ir. Dwicondro Triono, M.Ag (Pakar Pendidikan Nasional dari Yogyakarta) dan yang terakhir Ir. HM Ismail Yusanto, MM (Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia).
Membludaknya peminat acara ini di luar dugaan panitia, menurut laporan dari ustadz Solihin Salam, SPd selaku ketua panitia, pada awalnya panitia hanya mencetak 2300 tiket dengan harga pertiket Rp 25.000,- dan Rp 50.000,-. Ternyata tiket yang diluncurkan pada 2 Mei bertepatan dengan momentum hari pendidikan langsung habis, hanya dalam hitungan hari, ketika dicetak ulang hingga mengoptimalkan kapasitas gedung pun kondisinya sama, sehingga mayoritas dari ribuan aktivis dan simpatisan HTI Kalsel yang sangat berpartisipasi aktif dalam mensosialisasikan kegiatan ini ke seluruh kota dan kabupaten se-Kalsel tidak kebagian tiket masuk.
Pendidikan Kita dan Permasalahannya
Dalam pemaparannya Prof. DR. H. Wahyu, MS menyampaikan Deskripsi Kondisi Seabad Pendidikan Di Indonesia Pada Umumnya Pada Umumnya dan Kalimantan Selatan Khususnya.
Adapun Drs. H. Humaidi Syukeri mengemukakan tentang program yang telah dijalankan oleh pemerintah propinsi dan target-target yang akan dicapai seperti program wajib belajar 9 tahun tahun di Kalsel yang harus berhasil pada tahun ini dan dinas pendidikan propinsi kalsel telah menyiapkan wajib belajar 12 tahun.
Sementara itu pembicara ketiga Ir. Dwicondro Triono, M.Ag mengungkapkan kritikan terhadap indikator-indikator keberhasilan pendidikan nasional yang dipaparkan oleh pembicara sebelumnya, bahkan seandainya seluruh program saat ini dilaksanakan pada institusi pendidikan TK hingga Perguruan tinggi berhasil sekalipun,, maka tidak akan membawa kemajuan bagi Indonesia, karena sistem pendidikan yang diadopsi pemerintahhingga hari ini hanya akan melahirkan output sebagai jongos bagi perusahaan-perusahaan asing. Sehingga Problem pendidikan kita pada hari ini harus di lihat lebih dalam dari problem yang nampak dipermukaan semisal masalah pengadaan sarana pra sarana, dan mahalnya biaya pendidikan. Dan pembicara terakhir Ir. HM Ismail Yusanto, MM membahas tema menggagas pendidikan Islam.
Suasana konferensi pendidikan semakin hidup dengan ditampilkannya aksi teatrikal yang dimainkan 25 orang pelajar SMA dari berbagai sekolah di Banjarmasin yang juga aktivis & simpatisan Hizbut Tahrir, teatrikal yang mengambil tema “Potret Pendidikan Negeriku” bercerita potret generasi muda yang berprilaku baik di hadapan guru dan orang tua di rumah tapi berprilaku negatif di belakangnya, seperti hobi dugem, narkoba, tawuran hingga kecanduan game & pornografi. Teatrikal yang berdurasi 15 menit ini juga memotret anak-anak putus sekolah yang harus bekerja mencari nafkah. menampilkan gambaran kondisi pendidikan di Indonesia
Acara ini diliput oleh berbagai media baik cetak maupun elektronik, diantaranya Banjarmasin Post, Serambi Ummah, Radar Banjarmasin, TVRI Kalsel, Duta TV, Massa FM, Abdi Persada FM, dan puluhan media lokal lainnya.(Humas HTI Kalsel)

Konferensi Pendidikan Regional Kalimantan Membludak
Labels:
Berita
0 comments:
Posting Komentar