
Satummat.blogspot.com - Munarman ternyata tidak pernah sembunyi. Bahkan, ketika polisi menyatakan buron, Panglima Komando Laskar Islam itu justru ikut demo di depan Istana Presiden dan sekitar Mapolda Metro Jaya, 9 Juni 2008. Berikut ini kisahnya selama masuk DPO.
SEPERTI biasa, jika sedang ada peristiwa besar suasana gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya selalu ramai pengunjung. Demikian pula suasana sore itu, Selasa (10/6). Dari pagi hingga sore pengunjung terus mengalir bagai air. Mulai dari kiai, habib hingga pejabat negara datang silih berganti. Tak ketinggalan, puluhan wartawan tampak dengan sabar nyanggong di teras hingga lorong gedung tersebut.
Di dalam gedung itu pula, Pangliman Komando Laskar Islam Munarman sedang diperiksa polisi. Munarman, yang sebelumnya ditetapkan sebagai buron itu, sudah menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya pada malam sebelumnya.
Di sela-sela pemeriksaannya, Munarman masih diberi kesempatan untuk menerima wartawan. Ketika menyambut koran ini, Munarman tidak sendirian. Dia ditemani sang istri, Anna Noviana SH (37 tahun), yang sedang hamil enam bulan, dan kedua anaknya, Rio Mohamad Al-Fares (11) dan Rinaldo Mohamad Montazeri (9).
Sejumlah pengacaranya juga ikut mendampinginya. Di antaranya, Syamsul Bahri Radjam SH, Nazori Doak Achmad SH, Lukmanul Hakim SH, Unggul Cipta SH, Eka Rahendra SH, Zen Smith SH, Eti Gustina SH (direktur LBH Palembang), Sri Lestari Kadaria SH, dan Aprili Firdaus SH.
’’Waih, apo kabar? (Wah apa kabar, Red)’’ sapa Munarman dengan dialek Palembang.
Ia memang nampak lelah setelah seharian menjalani pemeriksaan polisi. Pakaian yang dikenakan pun masih sama, ketika ia menyerahkan diri Senin malam silam. Kaus putih berkerah bergaris-garis, dipadu celana kain warna hitam.
’’Saya tidak pernah ke mana-mana, apalagi keluar dari Jakarta,’’ ucap Munarman membuka pembicaraan.
Ia mengakui, memang pernah berencana lari ke Palembang. Namun, niat itu ia urungkan setelah dirinya dimasukkan ke dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) oleh Polisi. Akhirnya, ia hanya berputar-putar di Jakarta saja. Terutama di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Meski masuk ke DPO, namun hal itu tidak mengurangi ruang gerak mantan orang nomor satu di YLBHI ini. Ia masih bebas keluar masuk mal dan hotel.
’’Bahkan, saya juga sempat bergabung teman-teman ikut aksi demonstrasi di depan Istana dan Mapolda Metro Jaya,’’ ungkap Munarman.
"Seperti dari awal saya katakan, saya cuma menunggu waktu yang tepat untuk menyerahkan diri. Saya bukan pengecut. Saya akan menyerahkan diri setelah SKB (surat keputusan bersama) pembubaran Ahmadiyah diteken. Tapi saya minta SKB itu dilanjutkan menjadi Keppres," tegas jebolan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang itu.
Dalam kesempatan ini, Munarman juga ingin meluruskan berita-berita yang beredar di media massa sebelumnya.
’’Saya tidak pernah melarikan diri. Juga tidak pernah bersembunyi. Karena nyatanya, saya memang tidak pernah ke mana-mana’’ ungkapnya.
Kok bisa tidak ketahuan polisi? "Saya baca surah Yasiin ayat 9. Surat itu saya baca beberapa kali," paparnya.
Munarman sempat mengucapkan lafaz surah Yasiin ayat 9 itu, ialah wajaalna minmbaini aidiihim saddau wamin kholfihim saddan faagsainahum fahum la yubsirun. Artinya, Dan Kami (Allah) jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Doa itu memang mujarab. Buktinya, keberadaan Munarman tidak berhasil diendus polisi, hingga akhirnya ia menyerahkan diri. Padahal, menurut polisi, aparat kepolisian sudah mengerahkan aparatnya untuk mengendus pelarian Munarman ke seantero sudut kota. ’’Padahal, yang dicari masih di sini. Bahkan, sempat ikut demo lagi,’’ ucapnya sembari tersenyum.
Dia mengaku hanya tersenyum, ketika ia mendengar siaran sebuah radio yang mengabarkan dirinya sudah tewas ditembak polisi di Batujajar, Jawa Barat. Begitu pula ketika membaca sebuah harian, yang mengabarkan ketika ada sebuah organisasi mengadakan penyisiran di sejumlah lokasi di Jawa Timur.
Lalu bagaimana reaksinya ketika dipastikan ditahan. "Ya, ndak apa-apa, yang penting Islam tidak dinodai, dan saya minta Ahmadiyah betul-betul dibubarkan. Saya juga ingin mengklarifikasi, seolah-olah orang yang saya pegang di Monas 1 Juni itu sudah saya cekik, padahal dia itu yang saya lindungi," tutur pria kelahiran Palembang, 16 September 1968 itu.
"Demi Allah, demi rasul, Ustaz Habib Rizieq tidak ada di tempat ketika terjadi peristiwa Monas. Jadi, bebaskan Habib Rizieq. Biarlah saya yang menanggungjawabkan ini," tegas dia.
Melihat istrinya yang hamil enam bulan, Munarman tak begitu yakin dirinya sudah bebas ketika istri tercintanya melahirkan anaknya ketiga pada September mendatang. Namun, dia sangat yakin istrinya kuat menghadapi semua itu.
"Biarlah, insya Allah tidak apa-apa, saya yakin Allah akan menjaganya," ujarnya berusaha membuat istrinya tetap tabah, sabar, dan tegar.
Ditanya soal siapa yang mengubah dirinya menjadi Islam beraliran keras, Munarman mulanya hanya tertawa.
Pernah beredar di berita dirinya belajar dari Abu Bakar Ba’asyir. "Saya sudah belajar Alquran sejak SMP. Saya memang bukan dari pesantren. Tapi terus perdalam ajaran Islam dan Alquran," terang alumnus SD dan SMP Xaverius I, SMA Negeri 2 Palembang ini.
Munarman juga menceritakan aktivitasnya selama lima hari sejak dicari-cari polisi. "Ya, keliling saja di Jakarta. Saya juga baca koran, nonton televisi, perkembangan berita saya tahu. Makanya, ketika saya tahu SKB ditandatangani, saya memenuhi janji saya untuk menyerahkan diri," paparnya.
Mengenai pakaian, dirinya tak membawa dari rumah. "Saya beli, lihat mereknya, ayo lihat. Ini ada kaus empat setel, kaus dalam juga ada, perlengkapan mandi. Ini hanya dalam satu tas ini," tambahnya sambil memperlihatkan tas merek hypermarket Giant.
Istri Munarman, Anna Noviana rela suaminya ditahan demi tegaknya Islam. "Ya, tidak apa-apa. Bagi saya kepentingan umat dan masyarakat banyak lebih diutamakan. Ini adalah perjuangan. Dia sangat tegar dan hebat," kata Anna ramah.
Kendati usia kandungan anak ketiganya sudah enam bulan, Anna tak sedih. "Insya Allah sudah siap. Ini adalah perjuangan demi tegakkan Islam. Tentang kasus hukum yang sedang dihadapi, saya yakin dengannya, apalagi dia dibantu rekan-rekannya yang jumlahnya sangat banyak," terang dia.
Bukan hanya sepasang suami istri tersebut yang ramah, putra pertamanya, Rio Mohamad juga ramah. "Saya kelas lima SD, Kak. Kalau adik kelas tiga," ujarnya.
Pesan kesabaran buat istri Munarman juga datang dari Eti Gustina SH, rekan dan anggota tim pembela Munarman, yang juga direktur LBH Palembang, yang baru tiba Selasa pagi dari Palembang bersama enam rekannya, Sri Lestari Kadaria (advokat yang juga ketua Walhi Sumsel), Aprili Firdaus Sakamta, Bambang Herianto, Gabriel H Fuady, dan Inggaris Nugroho.
"Mengenai istri bapak Munarman SH, beliau cukup berani dan cukup tegas dalam menyikapi isu-isu yang berkembang. Baik itu isu-isu yang mendeskreditkan Bapak Munarman, juga isu-isu yang memutarbalikkan fakta. Seperti misalnya Bapak Munarman itu dituduh memukul anggota AKBB, setelah diklarifikasi, ternyata justru Bapak Munarman mencegah terjadinya tindak kekerasan. Menghadapi hal-hal seperti ini menurut kami istri Bapak Munarman cukup tegar dan cukup berani untuk tidak mudah terpengaruh oleh media dan isu-isu di masyarakat yang berkembang," papar Eti Gustina.
Nah, soal LBH Palembang mendukung Munarman dalam advokasi, yang bertolak belakang dengan atasannya YLBHI yang mendukung AAKBB, Eti menegaskan karena tidak ada larangan yang baku mengenai pihak-pihak atau siapa yang bisa didampingi oleh LBH.
"Dalam hal ini Bapak Munarman mempunyai hak-hak selaku tersangka, dan beliau juga mempunyai hak saksi yang memang juga harus ada jaminan dan mendapat perlindungan dari negara, dalam hal ini aparat kepolisian," katanya.
Itu penting, kata Eti, agar dipastikan adanya kepastian hukum bahwa hak-hak tersanga dan hak-hak saksi dilindungi dengan baik.
"Beliau butuh kuasa hukum, untuk itu sebagai tim advokasi, baik rekan-rekan tim advokasi Palembang, Jakarta, maupun provinsi lainnya kita ingin memastikan adanya hak-hak Bapak Munarman itu tidak dideskreditkan dan juga ada perlakuan yang sama terhadap Munarman, jangan sampai ada intervensi dan kepentingan-kepentingan politik lainnya,” tuturnya.(gus/jpnn- kaltimpost.net).
SEPERTI biasa, jika sedang ada peristiwa besar suasana gedung Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya selalu ramai pengunjung. Demikian pula suasana sore itu, Selasa (10/6). Dari pagi hingga sore pengunjung terus mengalir bagai air. Mulai dari kiai, habib hingga pejabat negara datang silih berganti. Tak ketinggalan, puluhan wartawan tampak dengan sabar nyanggong di teras hingga lorong gedung tersebut.
Di dalam gedung itu pula, Pangliman Komando Laskar Islam Munarman sedang diperiksa polisi. Munarman, yang sebelumnya ditetapkan sebagai buron itu, sudah menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya pada malam sebelumnya.
Di sela-sela pemeriksaannya, Munarman masih diberi kesempatan untuk menerima wartawan. Ketika menyambut koran ini, Munarman tidak sendirian. Dia ditemani sang istri, Anna Noviana SH (37 tahun), yang sedang hamil enam bulan, dan kedua anaknya, Rio Mohamad Al-Fares (11) dan Rinaldo Mohamad Montazeri (9).
Sejumlah pengacaranya juga ikut mendampinginya. Di antaranya, Syamsul Bahri Radjam SH, Nazori Doak Achmad SH, Lukmanul Hakim SH, Unggul Cipta SH, Eka Rahendra SH, Zen Smith SH, Eti Gustina SH (direktur LBH Palembang), Sri Lestari Kadaria SH, dan Aprili Firdaus SH.
’’Waih, apo kabar? (Wah apa kabar, Red)’’ sapa Munarman dengan dialek Palembang.
Ia memang nampak lelah setelah seharian menjalani pemeriksaan polisi. Pakaian yang dikenakan pun masih sama, ketika ia menyerahkan diri Senin malam silam. Kaus putih berkerah bergaris-garis, dipadu celana kain warna hitam.
’’Saya tidak pernah ke mana-mana, apalagi keluar dari Jakarta,’’ ucap Munarman membuka pembicaraan.
Ia mengakui, memang pernah berencana lari ke Palembang. Namun, niat itu ia urungkan setelah dirinya dimasukkan ke dalam DPO (Daftar Pencarian Orang) oleh Polisi. Akhirnya, ia hanya berputar-putar di Jakarta saja. Terutama di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Meski masuk ke DPO, namun hal itu tidak mengurangi ruang gerak mantan orang nomor satu di YLBHI ini. Ia masih bebas keluar masuk mal dan hotel.
’’Bahkan, saya juga sempat bergabung teman-teman ikut aksi demonstrasi di depan Istana dan Mapolda Metro Jaya,’’ ungkap Munarman.
"Seperti dari awal saya katakan, saya cuma menunggu waktu yang tepat untuk menyerahkan diri. Saya bukan pengecut. Saya akan menyerahkan diri setelah SKB (surat keputusan bersama) pembubaran Ahmadiyah diteken. Tapi saya minta SKB itu dilanjutkan menjadi Keppres," tegas jebolan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang itu.
Dalam kesempatan ini, Munarman juga ingin meluruskan berita-berita yang beredar di media massa sebelumnya.
’’Saya tidak pernah melarikan diri. Juga tidak pernah bersembunyi. Karena nyatanya, saya memang tidak pernah ke mana-mana’’ ungkapnya.
Kok bisa tidak ketahuan polisi? "Saya baca surah Yasiin ayat 9. Surat itu saya baca beberapa kali," paparnya.
Munarman sempat mengucapkan lafaz surah Yasiin ayat 9 itu, ialah wajaalna minmbaini aidiihim saddau wamin kholfihim saddan faagsainahum fahum la yubsirun. Artinya, Dan Kami (Allah) jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Doa itu memang mujarab. Buktinya, keberadaan Munarman tidak berhasil diendus polisi, hingga akhirnya ia menyerahkan diri. Padahal, menurut polisi, aparat kepolisian sudah mengerahkan aparatnya untuk mengendus pelarian Munarman ke seantero sudut kota. ’’Padahal, yang dicari masih di sini. Bahkan, sempat ikut demo lagi,’’ ucapnya sembari tersenyum.
Dia mengaku hanya tersenyum, ketika ia mendengar siaran sebuah radio yang mengabarkan dirinya sudah tewas ditembak polisi di Batujajar, Jawa Barat. Begitu pula ketika membaca sebuah harian, yang mengabarkan ketika ada sebuah organisasi mengadakan penyisiran di sejumlah lokasi di Jawa Timur.
Lalu bagaimana reaksinya ketika dipastikan ditahan. "Ya, ndak apa-apa, yang penting Islam tidak dinodai, dan saya minta Ahmadiyah betul-betul dibubarkan. Saya juga ingin mengklarifikasi, seolah-olah orang yang saya pegang di Monas 1 Juni itu sudah saya cekik, padahal dia itu yang saya lindungi," tutur pria kelahiran Palembang, 16 September 1968 itu.
"Demi Allah, demi rasul, Ustaz Habib Rizieq tidak ada di tempat ketika terjadi peristiwa Monas. Jadi, bebaskan Habib Rizieq. Biarlah saya yang menanggungjawabkan ini," tegas dia.
Melihat istrinya yang hamil enam bulan, Munarman tak begitu yakin dirinya sudah bebas ketika istri tercintanya melahirkan anaknya ketiga pada September mendatang. Namun, dia sangat yakin istrinya kuat menghadapi semua itu.
"Biarlah, insya Allah tidak apa-apa, saya yakin Allah akan menjaganya," ujarnya berusaha membuat istrinya tetap tabah, sabar, dan tegar.
Ditanya soal siapa yang mengubah dirinya menjadi Islam beraliran keras, Munarman mulanya hanya tertawa.
Pernah beredar di berita dirinya belajar dari Abu Bakar Ba’asyir. "Saya sudah belajar Alquran sejak SMP. Saya memang bukan dari pesantren. Tapi terus perdalam ajaran Islam dan Alquran," terang alumnus SD dan SMP Xaverius I, SMA Negeri 2 Palembang ini.
Munarman juga menceritakan aktivitasnya selama lima hari sejak dicari-cari polisi. "Ya, keliling saja di Jakarta. Saya juga baca koran, nonton televisi, perkembangan berita saya tahu. Makanya, ketika saya tahu SKB ditandatangani, saya memenuhi janji saya untuk menyerahkan diri," paparnya.
Mengenai pakaian, dirinya tak membawa dari rumah. "Saya beli, lihat mereknya, ayo lihat. Ini ada kaus empat setel, kaus dalam juga ada, perlengkapan mandi. Ini hanya dalam satu tas ini," tambahnya sambil memperlihatkan tas merek hypermarket Giant.
Istri Munarman, Anna Noviana rela suaminya ditahan demi tegaknya Islam. "Ya, tidak apa-apa. Bagi saya kepentingan umat dan masyarakat banyak lebih diutamakan. Ini adalah perjuangan. Dia sangat tegar dan hebat," kata Anna ramah.
Kendati usia kandungan anak ketiganya sudah enam bulan, Anna tak sedih. "Insya Allah sudah siap. Ini adalah perjuangan demi tegakkan Islam. Tentang kasus hukum yang sedang dihadapi, saya yakin dengannya, apalagi dia dibantu rekan-rekannya yang jumlahnya sangat banyak," terang dia.
Bukan hanya sepasang suami istri tersebut yang ramah, putra pertamanya, Rio Mohamad juga ramah. "Saya kelas lima SD, Kak. Kalau adik kelas tiga," ujarnya.
Pesan kesabaran buat istri Munarman juga datang dari Eti Gustina SH, rekan dan anggota tim pembela Munarman, yang juga direktur LBH Palembang, yang baru tiba Selasa pagi dari Palembang bersama enam rekannya, Sri Lestari Kadaria (advokat yang juga ketua Walhi Sumsel), Aprili Firdaus Sakamta, Bambang Herianto, Gabriel H Fuady, dan Inggaris Nugroho.
"Mengenai istri bapak Munarman SH, beliau cukup berani dan cukup tegas dalam menyikapi isu-isu yang berkembang. Baik itu isu-isu yang mendeskreditkan Bapak Munarman, juga isu-isu yang memutarbalikkan fakta. Seperti misalnya Bapak Munarman itu dituduh memukul anggota AKBB, setelah diklarifikasi, ternyata justru Bapak Munarman mencegah terjadinya tindak kekerasan. Menghadapi hal-hal seperti ini menurut kami istri Bapak Munarman cukup tegar dan cukup berani untuk tidak mudah terpengaruh oleh media dan isu-isu di masyarakat yang berkembang," papar Eti Gustina.
Nah, soal LBH Palembang mendukung Munarman dalam advokasi, yang bertolak belakang dengan atasannya YLBHI yang mendukung AAKBB, Eti menegaskan karena tidak ada larangan yang baku mengenai pihak-pihak atau siapa yang bisa didampingi oleh LBH.
"Dalam hal ini Bapak Munarman mempunyai hak-hak selaku tersangka, dan beliau juga mempunyai hak saksi yang memang juga harus ada jaminan dan mendapat perlindungan dari negara, dalam hal ini aparat kepolisian," katanya.
Itu penting, kata Eti, agar dipastikan adanya kepastian hukum bahwa hak-hak tersanga dan hak-hak saksi dilindungi dengan baik.
"Beliau butuh kuasa hukum, untuk itu sebagai tim advokasi, baik rekan-rekan tim advokasi Palembang, Jakarta, maupun provinsi lainnya kita ingin memastikan adanya hak-hak Bapak Munarman itu tidak dideskreditkan dan juga ada perlakuan yang sama terhadap Munarman, jangan sampai ada intervensi dan kepentingan-kepentingan politik lainnya,” tuturnya.(gus/jpnn- kaltimpost.net).
1 comments:
Subhanallah, semoga mbak Anna Noviana Tabah menghadapi cobaan ini, terlebih katanya beliau sebentar lagi mau melahirkan, tentu tanpa kehadiran akhi Munarman. Inilah perjalanan dakwah, semoga Alloh SWT membalas pengorbanan semua yang istiqamah memperjuangkan lurusnya dien Alloh dengan kemulyaan dunia dan akhirat. Kami berada dibelakangmu akhi Munarman. Insya Alloh.
Posting Komentar