banner syari

Al Khawarizmi, Sukses yang Mengguncang Dunia

Setiap orang kini bisa menuliskan dengan mudah bilangan berapapun, karena adanya angka nol. Kitabul Jama-wat-Tafriq yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin Trattati d’Arithmatica oleh Prince Boncompagni adalah karya terbesar yang digunakan oleh berbagai universitas di Eropa hingga abad 16, menerangkan praktek sehari-hari seluk-beluk kegunaan angka-angka, termasuk angka nol. Dan darinyalah berkembang teknologi digitasi hingga sekarang. Dialah Muhammad bin Musa al Khawarizmi yang di Barat dikenal sebagai Algorism (780-846 M). Si penemu angka nol yang menginspirasi dunia.
Yang penting diketahui bahwa al Khawarizmi adalah Muslim pertama dalam ilmu hitung atau matematika. Karena yang menemukan ilmu itu tak lain adalah al Khawarizmi sendiri. Di luar itu, al Khawarizmi sebenarnya sosok yang komplit. Penguasaan ilmunya tidak hanya matematika, tapi juga geografi dan praktisi astronomi. Bahkan karyanya di bidang astronomi yang berjudul “Zij al Shindhind” merupakan karya terpenting hingga saat ini.

C.J. Toomer Dalam Dictionary Scientific Biography (1973) menyatakan bahwa hampir seluruh karya-karya al Khawarizmi disusun selama masa pemerintahan Al Ma’mun (813-833 M), Khalifah kedua setelah Umayyah membangun kekhalifahan Islam di Damaskus pada tahun 661 M.

Ahli ilmu aljabar dunia, Leonardo Fibonacci dari Pisa pun mengaku berhutang pada al Khawarizmi. George Sarton, penulis sejarah matematika kenamaan, menyebut al Khawarizmi sebagai salah seorang ilmuwan Muslim terbesar dan terbaik di masanya.

Dikutip dari buku motivasi metanoiac Islami:
Be The Best, not ‘be asa’, M. Karebet Widjajakusuma, Gema Insani

0 comments:

Posting Komentar

 

Mutiara Hadist

“Akan ada pada umatku 30 pendusta semuanya mengaku nabi, dan saya penutup para Nabi dan tidak ada nabi setelahku” (Abu Daud dan yang lain dalam hadist Thauban Al-Thawil,)

“Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku”. (Tirmidhi, Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).

“Perumpamaan saya dan para Nabi sebelum saya seperti orang yang membangun satu bangunan lalu dia membaguskan dan membuat indah bangunan itu kecuali tempat batu yang ada di salah satu sudut. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan mereka ta’juk lalu berkata: ‘kenapa kamu tidak taruh batu ini.?’ Nabi menjawab : Sayalah batu itu dan saya penutup Nabi-nabi”(Imam Muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a)

“Bani Israel dipimpin oleh Nabi-nabi. Jika seorang Nabi meninggal dunia, seorang nabi lain meneruskannya. Tetapi tidak ada nabi yang akan datang sesudahku; hanya para kalifah yang akan menjadi penerusku (Bukhari, Kitab-ul-Manaqib).

“Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku”. (Tirmidhi, Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).

Postingan Terbaru

Recent Komentar