banner syari

Hakekat Kemerdekaan

Hasil diskusi Lingkar Muda Indonesia: Masyarakat diminta bisa secara kritis memaknai arti kemerdekaan dan tidak menerima begitu saja atau menganggap gampang kemerdekaan, yang sekedar diartikan sebagai pembacaan teks proklamasi Soekarno Hatta pada tgl 17 Agustus 45. [Kompas, 13 Agustus 2008]

Namanya merdeka itu ya harus terbebas dari penjajahan sebagaimana bunyi mukaddimah UUD 1945, bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan....tapi faktanya pemerintah masih bersahabat dengan negara penjajah yang masih riil menjajah seperti AS yang menjajah secara fisik di Irak dan Afghanistan. Bahkan beberapa kali kebelet membuka hubungan persahabatan dengan Israel yang menjajah Palestina.

Jadi pemerintah sebenarnya mengkhianati konstitusinya sendiri, namun ini terus berlanjut karena bangsa kita yang mayoritas muslim ini nggak faham apa makna penjajah, yakni eksploitasi dari negara yang menang (neo imperalisme) kepada negara yang kalah, baik secara fisik, militer, ekonomi, politik, budaya dan pemikiran. Kecuali fisik, Indonesia boleh dikata masih terjajah. Kenapa ini terjadi?

Karena umat belum paham betul makna penjajahan diatas sekaligus makna kemerdekaan. Selain itu adanya agen-agen penjajahan yang bercokol di pemerintahan dan lembaga-lembaga negara lainnya bahkan di kalangan LSM yang terkenal dengan istilah komprador.

Untuk bisa melepaskan diri umat harus mewirid ayat 141 QS An Nisa; "Sekali-kali Allah tidak akan memberikan jalan bagi orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin" dan berjuang untuk merealisasikan wiridannya tadi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan membangun negara kita dengan petunjuk-petunjuk Allah Swt yang tertuang dalam Al Quran dan Assunnah. Wallahu A'lam. MAK

0 comments:

Posting Komentar

 

Mutiara Hadist

“Akan ada pada umatku 30 pendusta semuanya mengaku nabi, dan saya penutup para Nabi dan tidak ada nabi setelahku” (Abu Daud dan yang lain dalam hadist Thauban Al-Thawil,)

“Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku”. (Tirmidhi, Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).

“Perumpamaan saya dan para Nabi sebelum saya seperti orang yang membangun satu bangunan lalu dia membaguskan dan membuat indah bangunan itu kecuali tempat batu yang ada di salah satu sudut. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan mereka ta’juk lalu berkata: ‘kenapa kamu tidak taruh batu ini.?’ Nabi menjawab : Sayalah batu itu dan saya penutup Nabi-nabi”(Imam Muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a)

“Bani Israel dipimpin oleh Nabi-nabi. Jika seorang Nabi meninggal dunia, seorang nabi lain meneruskannya. Tetapi tidak ada nabi yang akan datang sesudahku; hanya para kalifah yang akan menjadi penerusku (Bukhari, Kitab-ul-Manaqib).

“Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku”. (Tirmidhi, Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).

Postingan Terbaru

Recent Komentar