banner syari

Indonesia Kuat, No Way


Pihak asing tidak menginginkan Indonesia tampil sebagai negara besar. Makanya mereka perlu campur tangan terhadap apa yang terjadi di Indonesia.

Siapa sih yang tak tergiur dengan kekayaan alam Indonesia? Begitu kayanya Indonesia sehingga negeri yang berada di khatulistiwa ini tak pernah lekang dari penjajahan. Mulai zaman Portugis, kemudian dilanjutkan oleh Belanda, Jepang, Indonesia dijajah selama hampir 3,5 abad. Tidak berhenti di situ, meski telah merdeka pun, tangan-tangan penjajah pun terus menjarah negeri ini melalui antek-anteknya. Kekayaan alam Indonesia dikeruk habis ketika rakyatnya banyak yang menangis.

Data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) tahun 2008 menunjukkan bahwa 84 persen produksi migas yang dimiliki Indonesia kini dikuasai asing, sementara sisanya yang kebanyakan adalah sumur tua dikelola PT Pertamina (Persero). Ada sebanyak 329 blok migas di tangan asing. ”Jika diletakkan titik-titik pada peta Indonesia, maka Indonesia sudah tergadai-kan,” kata Deputi Direktur Walhi, Erwin Usman dalam sebuah kesempatan.

Luas lahan konsesi yang dikuasai asing untuk migas mencapai 95,45 juta hektar. Luas daratan seluruh Indonesia men-capai 192.257.000 hektar, se-dangkan luas hutan Indonesia mencapai 101.843.486 hektar. Pada 2006 ada sekitar 1.194 kuasa pertambangan dikeluar-kan oleh pemerintah. Saat itu cadangan minyak Indonesia mencapai 4,3 milyar barel dan kemampuan memproduksi mi-nyak mentah mencapai satu juta barel per hari. Karenanya, menurut Walhi, sangat tidak mungkin Indonesia kekurangan minyak.

Tak bedanya dengan migas, tambang emas terbesar di dunia yang ada di Papua ternyata dikangkangi oleh Freeport McMoran (FM) dari Amerika. Cadangan emas terukur kurang lebih 3.046 ton emas, 31 juta ton tembaga, dan 10 ribu ton lebih perak tersisa di pegunungan Papua. Berdasarkan perhitungan kasar, cadangan ini diperkirakan masih akan bisa dikeruk hingga 34 tahun mendatang.

Menurut catatan Departe-men Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sejak 1991 hingga tahun 2002, PT Freeport memproduksi total 6,6 juta ton tembaga, 706 ton emas, dan 1,3 juta ton perak. Dari sumber data yang sama, produksi emas, tembaga, dan perak Freeport selama 11 tahun setara dengan 8 milyar US$. Sementara perhi-tungan kasar produksi tembaga dan emas pada tahun 2004 dari lubang Grasberg setara dengan 1,5 milyar US$. Penerimaan Freeport sekitar Rp 42 trilyun dan Indonesia cukup puas menerima Rp 1 trilyun per tahun.

Di laut, Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat menjan-jikan, yakni mencapai 6,4 juta ton setiap tahunnya. Potensi sumber-daya kelautan yang besar itu kini baru dimanfaatkan 5,1 juta ton per tahun. Itu belum termasuk letak strategis Indonesia yang menjadi jalur pelayaran internasional. Laut di Indonesia juga menyim-pan berbagai ragam flora dan fauna yang sangat kaya. Di darat, berbagai produk pertanian, per-kebunan, kehutanan pun sangat melimpah. Bahkan Indonesia adalah salah satu lumbung pangan dunia.

“Asing tentu melihat ke-kuatan Indonesia sebagai salah satu negara yang besar di Asia Tenggara. Apalagi Indonesia me-miliki jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Letak Indo-nesia juga strategis. Jadi pihak asing tentu punya kepentingan, itu hal biasa,” kata pengamat intelijen Wawan Purwanto kepa-da Media Umat.

Kepentingan itu, lanjutnya, bisa dalam banyak hal seperti lalu lintas pelayaran atau investasi yang telah ditanamkan. Pihak asing tentu tak mau kehilangan akses yang telah diperolehnya selama ini.

Hanya saja, kata Wawan, sejauh ini intervensi itu masih normatif dan belum terlalu jauh. Ia mengakui ada dukungan asing ke Indonesia tapi masih dalam taraf wajar. “Kalau campur tangan itu terlalu jauh, maka ini harus dihentikan,” katanya.

Pengamat politik dan eko-nomi Ichsanuddin Noorsy, me-ngatakan pihak asing tidak menginginkan Indonesia kuat. Apalagi penduduk Indonesia adalah mayoritas Muslim. Bangkitnya Indonesia yang Muslim sangat mengkhawatir-kan Barat. Intervensi pun menjadi hal yang sangat kasat mata.

Ichsan mengungkapkan, intervensi asing di Indonesia bukan hal yang baru. Intervensi itu telah berlangsung lama. Bahkan beberapa saat setelah Indonesia merdeka. Pihak asing saling berebut 'kue' bernama Indonesia. Persaingan antara Blok Barat dan Timur mempere-butkan Indonesia sangat kentara. Keduanya memiliki agenda masing-masing. Malah demi memenangkan persaingan ter-sebut, mereka rela mengor-bankan rakyat Indonesia sendiri.

Hampir sepanjang kemer-dekaan Indonesia, Blok Barat yang dipimpin Amerika meme-nangi persaingan tersebut. De-ngan leluasa Amerika mengeruk kekayaan alam Indonesia dengan mudah. Ini terjadi karena Ame-rika telah berhasil membangun struktur politik dan ekonomi Indonesia sesuai dengan ke-inginannya. Negeri Paman Sam itu tak memberi kesempatan Indonesia untuk bangkit menjadi negara besar.

Bahkan, ungkap Ichsan, bu-kan tidak mungkin Amerika akan membuat Indonesia hancur ber-keping-keping. Menurutnya, Amerika tidak ingin Indonesia menjadi macan seperti Cina, India, dan Brasil. Potensi pen-duduk yang besar dan kebang-kitan akan mengancam eksis-tensi Amerika dan Barat di kawasan ini.

Gubernur Lembaga Perta-hanan Nasional Muladi juga pernah mensinyalir terjadinya hal itu. Ia berani menyimpulkan hal tersebut setelah beberapa peris-tiwa yang terjadi di bebarapa wilayah Indonesia dalam kurun waktu setelah Indonesia mer-deka seperti sparatisme dan upaya memerdekakan diri de-ngan mengatasnamakan putra daerah.

Hinggar bingar perpoli-tikan di Indonesia bukannya menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat, malah sebaliknya sebagai biang utama dari kemunduran Indonesia. Muladi mengakui sistem demokrasi yang berjalan masih menganut centrifugal atau demokrasi yang tersebar sehingga pembentukan otonomi daerah menjadi tun-tutan yang sangat menonjol dari sistem ketatanegaraan.

Seperti dikutip www.indo-siar.com, Muladi justru menilai sistem demokrasi centrifugal yang berlangsung di Indonesia itu menumbuhsuburkan spara-tisme, karena mereka ber-anggapan wilayahnya memiliki sumber kekayaan alam, SDM yang cukup baik serta adanya minat asing membangun kema-juan daerah. "Kepentingan asing itu seperti di Papua, Aceh bangsa Amerika itu banyak sekali yang mengincar kekayaan alam wila-yah itu, Maluku tidak kalah pentingnya ada sejarah spara-tisme di daerah itu sendiri," katanya.

Menurut Ichsan, justru Pe-milu 2009 ini kian membuat perpecahan kian tajam. Ia meli-hat ada faktor perebutan kekua-saan antar agama begitu domi-nan. Hampir semua elite politik terperangkap dalam agenda asing tersebut baik secara sadar maupun tidak. “Ini sangat ber-bahaya,” tandasnya.

Walhasil, lanjutnya, Pemilu 2009 tidak bisa dilepaskan dari agenda asing. Karena itu, ia menegaskan tidak mungkin se-sungguhnya demokrasi yang akan dilaksanakan pada 2009 ini menyelesaikan keterpurukan In-donesia. Tidak mungkin pesta demokrasi 2009 ini membebas-kan Indonesia dari penjajahan. “Pemilu 2009 ini tidak menjan-jikan bahwa Indonesia terbebas dari penjajahan ekonomi. Apa-lagi Mafia Berkeley masih men-cengkeram Indonesia,” tegas-nya.[] Mujiyanto - Tabloid Media Umat

0 comments:

Posting Komentar

 

Mutiara Hadist

“Akan ada pada umatku 30 pendusta semuanya mengaku nabi, dan saya penutup para Nabi dan tidak ada nabi setelahku” (Abu Daud dan yang lain dalam hadist Thauban Al-Thawil,)

“Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku”. (Tirmidhi, Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).

“Perumpamaan saya dan para Nabi sebelum saya seperti orang yang membangun satu bangunan lalu dia membaguskan dan membuat indah bangunan itu kecuali tempat batu yang ada di salah satu sudut. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan mereka ta’juk lalu berkata: ‘kenapa kamu tidak taruh batu ini.?’ Nabi menjawab : Sayalah batu itu dan saya penutup Nabi-nabi”(Imam Muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a)

“Bani Israel dipimpin oleh Nabi-nabi. Jika seorang Nabi meninggal dunia, seorang nabi lain meneruskannya. Tetapi tidak ada nabi yang akan datang sesudahku; hanya para kalifah yang akan menjadi penerusku (Bukhari, Kitab-ul-Manaqib).

“Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku”. (Tirmidhi, Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).

Postingan Terbaru

Recent Komentar